web 2.0

Minggu, Juni 15, 2008

URGENSI AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR


Semua kita adalah Mutholab yang dituntut untuk untuk melaksanakan Islah (perbaikan) terhadap Mujtama' kita, yaitu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap masyarakat kita. Semua kita dituntut untuk beramar ma'ruf dan bernahi mungkar, baik di kalangan pribadi kita sendiri, keluarga kita, anak-anak kita, tetangga dan masyarakat kita serta kepada seluruh umat manusia di permukaan bumi ini.

Seorang mutholab dituntut untuk melaksanakan amar ma'ruf, sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Setiap diri pribadi kita dituntut sesuai dengan kemampuannya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam: “Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan kekuatannya atau dengan tangannya. Kalau dia tidak bisa dengan tangannya, hendaklah dia merubahnya dengan lisannya. Dan jika dia tidak mampu merubahnya dengan lisannya, hendaklah dia membenci kemungkaran tersebut dengan hatinya.” Membenci dengan hati juga termasuk merubah kemungkaran itu, dimana dengan membenci kemungkaran itu berarti dia berusaha keras untuk melenyapkan kemungkaran itu di dalam hatinya. Berbeda jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia tidak berusaha keras untuk menghilangkannya dari hatinya. Akan tetapi bila dia membencinya dalam hati, maka dia akan berusaha untuk menghilangkan kemungkaran tersebut.

Kita sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, senantiasa diingatkan oleh-Nya untuk selalu bekerjasama dalam hal kebaikan. Saling bantu antara satu dengan yang lain dalam hal perbaikan umat ini, Allah berfirman: “Saling tolong-menolonglah kalian atas kebaikan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan janganlah kalian saling tolong-menolong, bantu membantu atas dosa dan permusuhan”. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada kita untuk bekerjasama, saling menguatkan, saling membantu antara satu dengan yang lain demi terwujudnya masyarakat yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, senantiasa taat kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala. Di antara ta'awun yang paling besar di antara kita adalah saling membantu dalam islah (memperbaiki) mujtama'nya. Memperbaiki masyarakat, yaitu dengan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar mereka tidak melakukan kerusakan di permukaan bumi ini, di antaranya adalah mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu menyembah selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah kemungkaran yang sangat besar yang ada di permukaan bumi ini, karena itulah Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus para Anbiya 'Alaihim ashshalaatu Wassalam untuk mengajak ummatnya meninggalkan kesyirikan dan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.

Setiap masyarakat Mutholab untuk perbaikan dalam masyarakat tersebut, jadi setiap pribadi adalah Mutholab atau dituntut untuk tidak melakukan kerusakan di atas permukaan bumi ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: “Dan janganlah kalian melakukan kerusakan di atas permukaan bumi sesudah ada perbaikan dari para rasul-rasul Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu mengajak manusia beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”

Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, mereka saling membantu, saling memimpin antara satu dengan yang lain, saling menolong antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma'ruf nahi mungkar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: “Orang-orang yang beriman, laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman di antara mereka saling memimpin atau saling tolong-menolong di antara mereka yaitu dengan di antara mereka adalah pemimpin-pemimpin di antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma'ruf nahi mungkar.” Jadi di antara sifat-sifat orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah senantiasa berusaha menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar pada diri-diri mereka, pada keluarga mereka, dan dalam lingkungan masyarakat mereka.

Bila amar ma'ruf nahi mungkar ini tegak dengan sebenar-benarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sesuai dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka keselamatan umat ini, kejayaan umat ini akan nampak pada diri-diri mereka. Tapi sebaliknya, jika amar ma'ruf nahi mungkar ditinggalkan, maka ancaman Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau azab atau hukuman Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan turun kepada ummat ini.

Kita mengetahui di dalam banyak hadits, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengancam orang-orang yang meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Khudzaifah Radhiallahu 'Anhu dari nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda: “Demi jiwaku yang di tangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hendaknya kalian menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran atau sudah dekat masanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengirim adzab-Nya kepada kalian,kemudian kalian berdo'a kepadaNya. Lalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak mempedulikan do'a-do'a kalian.” Salah satu sebab tidak dijawabnya do'a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar. Mungkin di antara kita banyak yang berdo'a kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, banyak meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, namun do'a-do'a kita tidak dijawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini mungkin saja disebabkan karena banyak di antara kita yang tidak peduli akan amar ma'ruf nahi mungkar.

Kemungkaran merajalela di berbagai tempat, tapi banyak di antara kita yang tidak peduli akan hal tersebut. Kemungkaran mungkin saja merajalela di dalam rumah tangga kita, keluarga kita keluar rumah tanpa memakai hijab islami, tanpa menutup auratnya, keluar dengan mempertontonkan auratnya merupakan satu kemungkaran besar. Namun kita biasa-biasa saja, hati kita tenang-tenang saja. Mungkin anak perempuan kita pergi, berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tapi hati kita tidak ada kebencian terhadap perbuatan itu. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghukum kita, di antara hukuman-Nya adalah dengan tidak dijawabnya do'a-do'a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tidak dipedulikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Betapa banyak bencana yang terjadi di negara kita ini, gempa, gunung meletus, tsunami dan lain-lain. Semua itu akibat dari dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hukuman itu adalah akibat perbuatan-perbuatan manusia, Allah Subhanahu Wa Ta'ala murka karena mungkin di antara mereka tidak saling mempedulikan, berputus asa untuk beramar ma'ruf nahi mungkar sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengumumkan azab-Nya yang kiranya senantiasa mengingatkan kita.

Dan takutlah akan fitnah, azab yang ditimpakan bukan hanya kepada orang-orang yang dzalim saja di antara kalian (QS. Surah Al Anfal ay 25). Bukan orang yang berbuat dzalim saja yang ditimpakan musibah, tetapi orang shaleh di antara mereka pun ditimpakan musibah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kenapa? Karena mungkin di antara orang-orang yang shaleh, dia hanya shaleh terhadap dirinya sendiri tapi dia tidak peduli terhadap keluarganya, tidak peduli terhadap anak-anaknya yang telah meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak melaksanakan shalat, tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya atau anaknya yang perempuan berjalan dengan pacarnya tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya. Kemungkinan dia melihat di depan matanya, tapi tidak peduli, akibatnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghukum mereka, mengazab mereka akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yaitu tidak melakukan amar ma'ruf nahi munkar.

Bila ada orang-orang yang tetap berusaha keras memperbaiki masyarakatnya, maka Insya Allah dia akan diselamatkan oleh Allah dari azab-Nya sesuai dengan firman Allah : “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka maka kami menyelamatkan orang-orang yang senantiasa melarang dari kemungkaran, perbuatan buruk dan Kami mengazab orang-orang yang menzhalimi dirinya dengan azab yang sangat keras” . juga di ayat yang lain Allah berfirman : “Allah tidak akan mengazab satu kampung, satu negeri dengan berbuat zhalim kepada-Nya padahal penduduk negeri itu melakukan perbaikan, menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, mereka diselamatkan Allah”. Allah tidak akan mengazab orang-orang yang mengadakan perbaikan, tapi bila orang shaleh terhadap dirinya saja dan tidak mau mempedulikan orang lain, maka mereka masih mendapat ancaman azab Allah sebagaimana pertanyaan 'Aisyah radiyallahu anha kepada Rasulullah …:”Ya Rasulullah apakah kami, akan dibinasakan padahal ditengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih. Rasulullah … bersabda:” Ya jika sudah banyak kemungkaran yang merajalela dan tidak ada yang memperbaiki, tapi bila ada orang-orang yang mengadakan perbaikan maka orang-orang yang mengadakan perbaikan akan diselamatkan oleh Allah dan senantiasa dijawab do'anya oleh Allah. Juga di riwayat hadits lain Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya manusia melihat orang-orang yang melihat kezhaliman lalu dia tidak mencegah kezaliman tersebut, mereka tidak menghalanginya sesuai dengan kemampuannya. Karena perbuatan zhalimnya maka sudah dekat masanya Allah mengumumkan azab secara keseluruhan kepada mereka karena tidak peduli akan kemungkaran. Amar ma'ruf nahi munkar adalah sebab-sebab kita mendapatkan kejayaan dan keberuntungan dari Allah. Beramar ma'ruf nahi mukar merupakan sebab yang sangat besar dijawabnya do'a-do'a kita oleh Allah dan meningglakan amar ma'ruf nahi munkar adalah sebab datangnya azab Allah. Semoga Allah senantiasa membimbing kita, memberikan hidayah kepada kita memberikan kekuatan kepada kita semua sehingga kita betul-betul tegak melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah.

Oleh : Ustadz Usman Laba, Lc
Sumber : wahdah.or.id


0 komentar: